Kopi dan Miniatur Kehidupan

Kopi. Buat mereka mungkin sekedar minuman. Tapi buat saya, kopi merupakan turning point perspektif saya. Saya memang belum mendapatkan prestasi apa-apa dalam dunia perkopian. Saya hanya penikmat rasa dan filosofi dari kopi itu sendiri. Benda ini merubah perspektif saya tentang kehidupan. “Kopi itu seperti kehidupan.” Tidak sesederhana apa yang dilihat. Makin dalam anda menjelajahinya, kopi makin memancarkan pesonanya. Bagi saya kopi itu seperti makhluk hidup. 

Mengapa saya mengatakan demikian? Karena proses dari hulu ke hilir mempengaruhi rasa kopi itu sendiri. Proses dari petani kopi, roaster, dan barista. Proses penanaman dari ketinggian, tektur,lingkungan tanah, perawatan, cara panen, dll mempengaruhi kopi tersebut. Proses pemanggangan atau roasting yang mempertimbangkan temperatur ruangan, menit hingga setiap detiknya, suhu pemanggangan, kualitas biji kopi dari petani kopi, dll. Proses pembuatan kopi oleh tangan barista yang melibatkan keahlian penggunaan mesin, kualitas biji kopi dari petani hingga roaster, dll. Hal tersebut menjadi sebuah siklus metamorfosis yang saling berkaitan. Layaknya manusia yang pembentukan kepribadian dan pola berpikirnya di pengaruhi oleh lingkungan sekitar, apa yang dilihat, didengar, dan dibaca. Sehingga apabila proses dari hulu ke hilir dilakukan dengan baik maka akan menuai output yang berkualitas.

Lalu alasan kedua mengapa saya mengatakan “kopi itu seperti kehidupan” adalah kopi itu menyimpan banyak rahasia layaknya kehidupan. Banyak sekali rasa yang terkandung diluar rasa pahitnya. Spekulasi rasa didalamnya menjadi ajang tebak menebak yang terkadang tak menemukan jawabnya. Layaknya kehidupan, setiap manusia dituntut untuk berspekulasi untuk menemukan jawaban akan kehidupan mereka, namun yang ditemukan malah pertanyaan bercabang lainnya yang memaksa manusia untuk membuat spekulasi baru.

"Layaknya kehidupan, setiap manusia dituntut untuk berspekulasi untuk menemukan jawaban akan kehidupan mereka, namun yang ditemukan malah pertanyaan bercabang lainnya yang memaksa manusia untuk membuat spekulasi baru."

Kopi juga mengajarkan saya rasa tentang rasa nasionalisme dan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa. Mungkin sebagian dari anda akan sedikit tertawa mendengar hal ini. Tapi itulah realita yang saya dapatkan. Awalnya ketika saya mendengar bahwa Indonesia sangat kaya akan sumber daya alamnya, saya hanya mengiyakan dalam hati tanpa empati yang lebih jauh tentang hal itu. Tetapi benda hitam ini seakan menyentil saya dari perpektif yang berbeda. Saya sudah cukup banyak mencicipi kopi hasil produksi Indonesia yang terdiri dari bebagai daerah di Indonesia. Berbagai kopi asal pulau Sumatra, pulau Jawa serta Bali, pulau Sulawesi, dan pulau Irian sudah saya jelajahi. Dan hasilnya adalah rasa syukur yang luar biasa atas kekayaan alam Indonesia. Saking saya mengaguminya, ada rasa ketidak percayaan bahwa apa yang dimiliki negara saya ini benar-benar nyata. Itu merupakan salah satu alasan awal saya makin mencintai negeri ini. Dan terutama karunia Tuhan yang terlalu memanjakan Indonesia dengan pemberian hadiah berupa kekayaan alam yang luar biasa.

Masih banyak sekali pelajaran dan perjalanan hidup yang saya ingin saya raih dalam “mutiara hitam” ini. Ini adalah perspektif saya tentang kopi. Bagaimana dengan perspektif anda?


Postingan Populer