How to be calm in the busy world (covid-19 edition)
Pandemi covid-19 yang berlangsung selama ini seakan memaksa kita untuk bertahan dan memberi jeda kepada kita untuk rehat dari sibuknya dunia. Pandemi ini tidak hanya memberikan kita semua pelajaran tentang dunia medis tetapi pelajaran hidup. Hal ini bukan berarti saya mendukung adanya covid-19, tetapi saya hanya mengajak anda untuk berpikir ke perspektif lain.
Ditengah sibuknya dunia banyak sekali hal yang dapat kita
lihat ketika kita bergerak melambat. Hal yang tidak atau kurang kita perhatikan
ketika kita sibuk dengan dunia yang sangat sibuk ini.
Amor Fati (Cintailah
Nasib)
Amor berarti Cinta, dan Fati adalah fate atau takdir.
Maksudnya mencintai Takdir. Ungkapan ini dipopulerkan oleh Frederich Nietzsche.
Saya sendiri mengenal ungkapan ini melalui buku Filosofi Teras karya Henry
Manampiring.
Hal yang dapat saya ambil dari hal ini adalah bagaimana kita mencintai apa yang terjadi pada kita. Khususnya bagaimana kita menyikapi pandemi ini dengan bijak. Mencintai apa yang terjadi pada kita tidaklah mudah. Alih-alih kita terbiasa untuk denial terhadap apa yang terjadi pada kita dan memaksa kehendak semesta untuk selalu berpihak pada kita. Pandemi covid-19 mengajarkan hal ini kepada kita bagaimana kita yang tadinya mengutuki keadaan seperti ini menjadi lebih berdamai pada situasi dan tardir yang terjadi dimasa ini dan saat ini.
Segala sesuatu
yang terjadi bukan kebetulan
Tuhan beserta semesta telah merancang semua ini sebelum pikiran
manusia menyentuhnya. Percayalah tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Mari
kita lihat dari perspektif lain. Pandemi covid-19 ini mengajak kita untuk
melihat dunia lebih luas lagi. Seperti melihat pemanasan global yang semakin
lama semakin mengkhawatirkan. Lalu kita juga dapat melihat jasa-jasa tenaga
medis yang berjuang di medan peperangan covid-19. Seakan Tuhan dan semesta
mengangkat sisi kemanusiaan kita untuk timbul kembali, dan kita diingat kan pada
kematian yang bisa merenggut siapa saja, dalam sekejap. Sehingga kita lebih
menghargai arti kehidupan itu sendiri.
Mindfulness
Mindfulness adalah cara memusatkan perhatian terhadap apa yang terjadi saat ini. Mungkin terdengar sederhana. Tapi ini hal yang sangat penting. Terkadang kita tidak dapat melihat hal—hal disekitar kita karna kita terlalu fokus pada masa lalu atau masa depan. Ketika pandemi covid-19 dan kita dipaksa untuk stay at home, terkadang kita memikirkan ketakutan-ketakutan yang terjadi dimasa mendatang atau kesalahan dimasa lalu. Sehingga kita kurang menikmati waktu yang telah diberikan Tuhan beserta semesta saat ini. Alih-alih bukannya menghargai kehidupan saat ini, malahan kita terlarut pada kekawathiran kita.
Gratitude
Pandemi ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur terhadap setiap
nafas kehidupan yang diberikanNya kepada kita. Sesederhana bernafas saja. Coba
lihat disekitar kita banyak sekali yang membutuhkan tabung oksigen untuk
bertarung melawan covid-19 dan penyakit yang diderita. Sedangkan kita masih
diberikan nafas kehidupan yang gratis. Bertapa baiknya Tuhan dan semesta.
Berkumpul dengan orang-orang yang kita sayang disaat banyak orang yang kehilangan
orang yang dicintai. Di cukupi dalam kebutuhan sandang, pangan, papan bahkan
ketika beberapa orang sedang berjuang dalam hal tersebut karna kesulitan
ekonomi atau yang lainnya. Serta bersyukur karna Tuhan dan semesta masih
memberi kita kehidupan kepada kita disaat banyak yang kehilangan nyawanya. Mari
kita lebih bersyukur lagi atas segala sesuatu Yang Maha Kuasa beri.
Failure
Dalam hal ini kita diajarkan bagaimana melihat bahwa
kesalahan merupakan guru terbaik dalam hidup. Ketika kita “jatuh” dan
dipaksa untuk “bangkit” kembali. Kita diajarkan untuk tidak mengulangi kesalahan
yang sama. Dengan melihat kesalahan sebagai potret yang buruk, kita dapat
belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam hal pandemi ini misalnya
kita terpapar covid-19, kita diajarkankan untuk lebih baik dalam hal menjaga
prokes. Atau bagi yang kehilangan anggota keluarga nya. Mungkin saja Tuhan dan
semesta menghendaki untuk lebih menghargai waktu dan lebih mencintai orang-orang
yang ada disekitar. Banyak sekali hal-hal yang dapat kita lihat dari aspek
failure, terutama ketika kita
bergerak melambat di tengah dunia yang sibuk ini.
Sebenarnya hal-hal yang saya jabarkan diatas tadi connect dengan hal yang lainnya.
Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa keterkaitan tersebut memberikan
kita benang merah dan life lessons terhadap
pandemi covid-19 ini. Dimana kita sebagai umat manusia tidak bisa melawan
takdir; pandemi ini terjadi bukan karena kebetulan; kita harus mindfulness dan
gratitude; serta belajar dari kesalahan (failure).
Buah pemikiran ini saya dapatkan dari pengalaman saya sendiri,
berdiskusi dengan kolega saya, serta membaca beberapa buku referensi. Saya
berharap tulisan saya sangat berguna terutama bagi kita yang sedang bergumul
melawan pandemi covid-19.
Semoga Pandemi ini segera dapat menjadi sejarah yang dapat
membuat kita menjadi umat manusia yang lebih baik lagi.